Rabu, 25 November 2009

SD Asmi, Bangunan Kolonial Saksi Bandung Lautan Api

umat, 03/04/2009 09:06 WIB
SD Asmi, Bangunan Kolonial Saksi Bandung Lautan Api
Ema Nur Arifah - detikBandung




Bandung
- Di tengah peristiwa bangunan SD yang roboh di Bandung, bangunan SD Asmi di Gang Asmi, kawasan Jalan Pungkur, masih kokoh berdiri. Padahal bangunan tersebut sudah beroperasi sebagai SD sejak tahun 1946.

Kekokohan dan kemegahan bangunannya tampak jelas terlihat. Tentu saja, bukan sembarang arsitektur karena bangunan ini peninggalan termasuk bangunan cagar budaya peninggalan zaman kolonial.

Namun, Kepala Sekolah SD Asmi Imammudin S. tidak tahu persis kapan kiranya bangunan ini berdiri. "Operasional SD kan baru tahun 1946. Pastinya sudah dibangun sebelum tahun tersebut," ujarnya.

Bukan sekadar bangunan peninggalan, SD Asmi menjadi salah satu tempat yang menjadi saksi bisu peristiwa Bandung Lautan Api.

Sebelum digunakan sebagai SD, bangunan ini digunakan sebagai markas pemuda pejuang PESINDO dan ABRI sebelum terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api. Untuk mengabadikan peristiwa tersebut, sebuah stilasi yang disebut stilasi ke-9 dari sepuluh rangkaian stilasi Bandung Lautan Api pun menghiasi bagian depan sekolah.

"Kalau setiap peringatan Bandung Lautan Api sekolah pasti ramai. Malam harinya suka ada veteran yang melakukan napak tilas," ujar Imam.

Dinding yang tinggi dan tembok yang tebal sudah menjadi ciri khas bangunan Belanda. Berdiri di atas tanah seluas 1.800 meter persegi, bangunan aslinya hanya terdiri dari delapan ruangan. Masing-masing seluas 7 kali 8 meter. Selebihnya adalah bangunan-bangunan tambahan yang dibangun oleh pihak sekolah.

Meski kokoh tak berarti pihak sekolah tidak menghadapi kendala. Persoalan-persoalan ringan seperti kebocoran, cat atau plafon yang terkelupas seringkali terjadi. Tanpa mengubah bentuk bangunan asli, pihak sekolah melakukan perawatan sebagaimana mestinya.

Selama ini diakui Imam, biaya perawatan sekolah berasal dari Diknas. Tapi tak berarti sebagai bangunan cagar budaya SD Asmi diistimewakan. Karena biaya perawatan sekolah memang sudah termasuk dalam anggaran Diknas untuk setiap sekolah.

Tapi Imam juga berharap, dalam proses inventarisir bangunan cagar budaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah, SD Asmi bisa termasuk di dalamnya. Sehingga dalam pemeliharaanya, bisa lebih maksimal.(ema/ern)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar