Street Demon Bandung Custom Culture
Modifikasi Gaya Jepang, Rasa Bandung
Andri Haryanto - detikBandung
Bandung - Bandung tak pernah habis dari ide segar yang membuahkan karya aduhai individu pun komunitasnya. Contohnya buah tangan para hobbies bikers yang tergabung dalam Street Demon Bandung Culture Costum, dengan beragam gaya modifikasi 'brutal' barudak Bandung.
Di awal kemunculannya di tahun 2004, pacuan kuda besi yang mereka pecut di jalanan dianggap nyeleneh dan urakan. Ekstrimnya lagi sebagian orang menilai modifikasi motor gaya mereka 'tidak sopan' dengan memangkas habis frame atau rangka motor asli pabrikan.
Modifikasi yang mereka garap memang ingin keluar dari mainstream modifikasi yang melulu itu di zamannya. "Kalau tidak low rider, ya trail. Nggak ada lagi modifikasi lain," kata salah seorang pentolan dari Street Demon Purnama Sultan, saat dikunjungi detikbandung di Yasashi Garage di Jalan Lodaya 26, Bandung.
Berawal dari Purnama Sultan, Franky Morry Astorianto, dan Krisna. Dari ketiganyalah modifikasi Jap style yang sekarang digandrungi bikers mewabah. Beragam aliran Jap style mereka tawarkan pada bikers Bandung, seperti braty style, street tracker, cafe racer, bobber, ataupun flat tracker.
Meski diakui gaya mereka mulanya mencaplok gaya builder Jepang di era '90-an, mereka enggan disebut sebagai pengusung Jap style. "Kita nggak mau disamakan dengan Jepang. Kita tetap memakai gaya modifikasi kita dari Bandung," kata Purnama atau akrab disapa Mpur.
Modifikasi Jepang, jelas Mpur, mengadopsi gaya modifikator South California (Socal) yang serba custom dengan mesin cc besar di atas 1.000 cc. Namun, cerita Mpur, Jepang lebih mempopulerkan gaya modifikasi Socal tersebut.
"Makanya kita tidak mau usung Japanese Custom Culture meski awalnya kita mengadopsi builder Jepang. Kita ingin tunjukan gaya khas kita, makanya kita bawa tag Bandung Culture Custom," ucap bujang dengan potongan rambut mowhawk ini.
Awal kemunculan Street Demon, kisah Mpur, di tahun 2004 hanya diikuti oleh sekitar 15 bikers. Sekarang sekitar 50 bikers bergabung.
"Kita nggak mau disebut klab. Ini hanya kumpulan hobbies saja. Tapi kita tetap ikuti aturan main di jalanan walau motor kita selengehan," kata Mpur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar