Rabu, 25 November 2009

De Vries yang Telantar

Rabu, 29/04/2009 10:11 WIB
De Vries yang Telantar
Ema Nur Arifah - detikBandung




Bandung
- Satu lagi gedung tua peninggalan Belanda yang tak difungsikan. Terbengkalai. Padahal berada di jalur protokol antara mulut Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika. Gedung bermenara ini memiliki arsitektur romantik klasik dan disebut-sebut sebagai cikal bakal keramaian di Jalan Braga.

Disebut Gedung de Vries atau Toko Padang. Beberapa literatur menyebutkan, gedung ini sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Belanda sambil ngopi di tahun 1879. Perkumpulan tersebut kemudian disebut Societiet Concordia. Sekitar tahun 1985, tempat berkumpul Society Concordia pindah ke gedung di seberangnya yaitu gedung Concordia yang kini disebut sebagai Gedung Merdeka.

De Vries pun difungsikan sebagai toko kelontong dan merupakan pusat perbelanjaan pertama di Bandung. Konon para petani kayaparahyangan (preanger planters) selalu berbelanja ke tempat ini. Keramaian De Vries pun mempengaruhi kawasan sekitarnya yaitu Jalan Braga. Dari sanalah Jalan Braga sebagai salah satu kawasan elit di Bandung dimulai.

Bagaimana keadaan De Vries sekarang? Kosong tak berpenghuni. Kepemilikan gedung diduga berada di tangan Bank NISP. Untuk menuju bagian belakang gedung pun diakses melalui jalan belakang kantor Bank OCBC NISP yang berdampingan dengan gedung De Vries.

Seorang tukang parkir di kawasan tersebut Abud menyatakan dirinya pernah bekerja sebagai karyawan di Wismakarya yang ada di gedung De Vries. Saat dia bekerja di tahun 1967 De Vries dibagi beberapa bagian, satu bagian untuk studio foto, toko meubel ada juga toko Wismakarya. Terakhir toko Wismakarya difungsikan sebagai diskotik.

Menurut Abud, sekitar tahun 1980-an gedung mulai tidak difungsikan dan berlangsung sampai sekarang. Halaman belakang gedung pun ditutup rapat dengan benteng seng dengan tinggi sekitar tiga meter. Gedung pun tertutup karena beberapa pintunya dikunci gembok.

Bagian depan gedung masih tampak indah walaupun salah satu kaca jendela menara bolong. Tembok belakang gedung tampak tak terurus karena catnya yang sudah lapuk. Atap bagian belakang terlihat sudah ada yang bolong-bolong.

Sangat disayangkan gedung berusia lebih dari seabad ini tidak difungsikan dan kurang terawat. Seperti dinyatakan seorang warga sekitar, Asep (56) yang menyayangkan gedung bersejarah tersebut terlantar.

"Ini kan aset buat Kota Bandung," ujar Asep. Asep sendiri tidak tahu menahu siapa pihak yang berwenang dalam pengelolaan De Vries namun dia berharap pemerintah memperhatikan.
(ema/ern)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar