Masjid Agung Tak Lagi Seperti Dulu
Pradipta Nugrahanto - detikBandung
Bandung - Sebagai masjid tertua di Bandung, Masjid Agung Bandung yang telah berdiri kokoh sejak tahun 1810 ini tentu menjadi salah satu ikon sejarah kota Bandung. Namun sayang, seiring perubahan zaman banyak ornamen yang hilang dari bangunan bersejarah ini.
Ketua Panitia Ramadan Masjid Agung Bandung, Heri Indracahyana menuturkan dulu Masjid Agung Bandung memiliki areal yang sangat luas, hampir sampai Jalan Otista.
"Kalau diukur, luasnya kira-kira sampai dua hektaran. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya terus menyusut hingga kondisi yang sekarang, hanya sekitar satu hektaran saja," tutur Heri.
Menurut Heri, masjid yang berdaya tampung kurang lebih 15 ribu jamaah ini telah mengalami lima kali renovasi. "Renovasi pertama sudah dilakukan sejak 1817, lalu 1950, 1970, 1980 hingga terakhir tahun 2000," ujar Heri.
Masjid Agung Bandung sempat dikenal dengan nama Bale Nyungcungnya. Atap masjid ini sempat dibuat mengerucut menjulang ke langit, sama dengan dua menara kembarnya yang kini ada di kiri dan kanan masjid.
Namun di renovasi terakhir, Bale Nyungcung diubah menjadi kubah. Tidak kalah unik dengan Bale Nyungcung, kubah ini diberi lampu disetiap rangka besinya. Sehingga di malam hari, Masjid Agung mudah dikenali.
Tak hanya bangunan, interior Masjid Agung pun telah mengalami renovasi sebanyak empat kali. "Konon yang asli tinggal yang sebelah kanan. Makanya orang-orang tua hingga calon pejabat banyak yang memilih berdo'a di sebelah kanan masjid," ujar Heri.
Selain interior, originalitas Masjid Agung Bandung semakin pudar dengan hilangnya bedug asli masjid tersebut.
"Ini yang menyedihkan, di kota lain seperti Semarang atau Surabaya bedugnya masih asli dan dijaga. Nah di Bandung, raib entah kemana. Dulu saya dengar dibawa ke Museum Sri Baduga, tapi nyatanya disana pun tidak ditemukan," tutur Heri.
Heri menambahkan, dahulu pada saat Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika, sejumlah kepala negara yang muslim sempat Shalat Jum'at di Masjid Agung.
"Sayang dokumentasinya juga tidak disimpan dengan baik, jadinya saat ini sudah hilang entah kemana," ujarnya.
Selain hilangnya ornamen-ornamen asli, Masjid Agung Bandung kini dikotori oleh banyaknya pedagang dan pengemis.
"Kalau pedagang sebenarnya jadi penarik minat warga untuk ngabuburit, sekaligus jadi penggerak ekonomi masyarakat juga. Hanya saja penataannya yang kurang
baik," tutur Heri.
Meski telah bertransformasi, hingga kini Mesjid Agung Bandung tetap menjadi ikon kebanggaan kota Bandung. Terbukti animo masyarakat untuk berkunjung ke sana terus bertambah dari tahun ke tahun.(dip/ema)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar