Radio City yang Kini Mati
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Seorang lelaki tua penjaga kios rokok dan minuman Didi Wijaya (80) terduduk sambil menunggu pelanggan di depan gedung bersejarah ini. Dia mengungkapkan, dulu dirinya pernah menjadi saksi pembangunan gedung ini.
Radio City, demikian dituturkan Didi nama awal gedung ini ketika dibangun. Terletak di pusat kota antara Jalan Dalem Kaum, Jalan Balong Gede dan bersebelahan dengan Gedung Pendopo. Gedung ini, awalnya berfungsi sebagai bioskop.
Menurut catatan sejarah gedung ini menjadi gedung bioskop peninggalan kolonial yang masih bertahan sampai saat ini, selain gedung Asia Afrika Culture Center (AACC) bekas bioskop Majestic.
"Ayeuna mah jadi tempat futsal (Sekarang jadi tempat futsal-red)," tutur Didi seolah menyesalkan pengalihan fungsi bangunan tersebut. Menurut Didi gedung ini dijadikan tempat futsal sejak lima tahun yang lalu.
Didi yang sudah berjualan dari tahun 1945 di kawasan ini, berpendapat bermunculannya gedung-gedung bioskop baru di Bandung membuat bioskop ini sepi pengunjung sampai akhirnya mengalami kebangkrutan.
Kini Radio City bernama Dian Kancana Futsal Club. Dibangun pada tahun 1923 oleh C.P. Wolff Schoemaker dengan gara arsitektur Art Neveau (Indo Europeeschen Arshitectuur Stijl).
Gedung yang dibangun di atas tanah seluas 1.105 meter persegi ini, dulunya milik orang Belanda bernama Bussye. Setelah ada gerakan nasionalisasi perusahaan Belanda, pengelolaannya di bawah Perusahaan Daerah Jasa dan Kepariwisataan.
Menurut Asep (31), penjaga gedung Dian Kencana, gedung ini disewakan pada pengusaha swasta. Setiap harinya banyak warga sekitar yang menyewa tempat ini untuk kegiatan futsal dengan tarif Rp 65 ribu per jam.
Dikatakan Asep, untuk masalah perawatan diserahkan kepada pihak penyewa. "Pemeliharaan yang pernah dilakukan adalah pengecatan bagian luar gedung," tutur Asep.
Dari luar, bangunan ini terlihat tidak terpelihara dengan baik. Terlebih ketika memasuki bagian dalam gedung. Saat tidak ada kegiatan futsal, suasana gedung cukup mencekam dengan langit-langit atap yang bolong-bolong. Menaungi lapangan futsal yang luas dengan dua gawang terpasang di bagian tepi.
Sebelum menuju balkon, tampak tanda-tanda bahwa gedung tersebut pernah jadi bioskop. Sebuah papan nama penunjuk pemutaran film masih terpasang di dinding.
Naik menuju balkon lebih menunjukan sosok bangunan tua tak terawat. Cat-cat terkelupas, kotor dan beberapa tumpukan sampah di beberapa bagian. Rasa mencekam kian menguat apalagi dengan pencahayaan ruangan yang begitu kurang. Tampak menyeramkan.
(ema/ern)
http://sketchup.google.com/3dwarehouse/details?mid=3ada80c73599376fdc03eb2b2d7ce0a0
BalasHapus