Mengintip Bintang di Observatorium Bosscha
Jana Silniodi - detikBandung
Bandung - Kegelapan langit malam bagi sebagian orang memberikan ketakutan, namun di tempat wisata ini kegelapan malam sangat diharapkan. Observatorium Bosscha dapat menjadi alternatif tempat wisata di Lembang yang menawarkan paket wisata pendidikan astronomi. Namun bukan berarti tempat ini hanya dibuka di malam hari, karena tak hanya bisa mengintip benda-benda di langit, suasana alam dan bangunan tempo dulu yang sarat akan sejarah jadi objek lain yang jangan dilewatkan.
Bosscha dibangun 1 Januari 1923 oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa Karel Albert Rudolf (K.A.R) Bosscha yaitu seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar yang menyandang dana utama dalam pembangunan observatorium, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.
Pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha menjadi bagian dari ITB. Selanjutnya, tempat ini difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia. Obeservatorium Bosscha merupakan satu-satunya observatorium di Asia Tenggara yang mengamati belahan Bumi selatan.
Dalam kapasitasnya sebagai tempat tujuan wisata, Observatorium Bosscha memberikan pendidikan dan pengetahuan astronomi bagi pelajar maupun masyarakat. Jika berniat datang ke tempat ini pada siang hari terdapat tiga sesi kunjungan yaitu pada jam 09.00 WIB, 12.00 WIB, dan 15.00 WIB yang buka setiap hari. Kunjungan pada malam hari dimulai dari pukul 17.00 WIB hingga 20.00 WIB dan hanya dilakukan selama tiga hari per bulannya, penentuan waktu ditentukan oleh pihak pengelola berdasarkan kondisi cuaca.
"Pelajar yang datang ke sini berasal dari semua kalangan, dimulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Ada dua sesi yang dilakukan saat berkegiatan di Bosscha, pertama penjelasan mengenai benda-benda langit atau pengetahuan astronomi kemudian dilanjutkan dengan penjelasan pengamatan di ruang peneropongan" ujar astronom ITB, Mochamad Irfan.
Tarif masuk yang dikenakan pada pengunjung yaitu sebesar Rp 3000 untuk pelajar dan Rp 5000 untuk umum. Jika memakai kendaraan pribadi atau travel, untuk mencapai Observatorium Bosscha dari pusat kota Bandung menuju ke arah Lembang dapat ditempuh selama 30 menit. Bagi yang memakai kendaraan umum, dari pusat kota Bandung ke arah terminal ledeng dilanjutkan dengan angkutan St.Hall-Lembang atau Ledeng-Subang. Di jalan raya Bandung-Lembang sebelum pertigaan arah Cisarua, berbelok ke kanan menaiki bukit yang menjadi lokasi observatorium. Untuk pengunjung yang memakai kendaraan bus atau kendaraan umum, dari tempat ini dapat memilih memakai jasa angkutan ojeg atau berjalan kaki sekitar 4 km.
Observatorium Bosscha berada di daerah Lembang yang memiliki ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Tak heran tempat ini memiliki suhu udara yang cukup menusuk tulang di malam hari. Selain itu, alasan pemilihan daerah Lembang sebagai tempat pembangunan observatorium ini karena kondisi geologinya yang stabil serta di daerah ini pada masa lalu masih jarang terdapat permukiman penduduk dan kawasan sekitarnya masih berupa lahan yang ditumbuhi pepohonan.
"Seharusnya permukiman yang dibangun di sekeliling observatorium harus berada di area sekitar dua hingga lima kilometer, dengan semakin padatnya permukiman di sekeliling tempat ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan aktifitas penelitian dan pengamatan," papar Mochamad Irfan.
(ema/ema)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar