Pengakuan Seorang Plurker
"Blog dan FS Selamat Tinggal, Plurk Keparat!"
Andrian Fauzi - detikinet
Bunda Plurker (afz/inet)
"Sekarang enak ngeplurk. Praktis dan simpel. Bisa tanpa penjelasan, bisa icon aja yang lain bisa langsung merespon. Ngga kayak blog yang harus panjang dan lengkap," kata Rahmadian Lestari Arbianita, seorang plurker senior dari Bandung kepada detikINET saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Bukit Dago Selatan No 44.
Menurut Bunda, demikian Rahmadian akrab dipanggil oleh plurker dan blogger lainnya, nge-plurk membuat dirinya melupakan blog dan friendster yang dulu mengisi hari-harinya.
"Blog dan FS selamat tinggal, dan Plurk keparat. Yah, keparat karena plurk menghabiskan waktu saya sekarang," ujar wanita yang bekerja sebagai administrasi dan keuangan PT Sigma Delta Duta Nusantara ini.
Senada dengan Bunda, plurker Karina A Shelyani mengaku bahwa plurk seperti candu dan membuat seseorang tidak produktif karena fokus dengan ngeplurk. "Bikin candu, bikin tidak produktif," kata Shely, demikian Karina biasa dipanggil.
Shely juga mengaku dirinya pernah dibuat tidak bekerja karena keasyikan ngeplurk. "Sedikit-dikit pasti meliat thread atau respon baru. Saya baru bekerja sekitar pukul 11.00 WIB, padahal saya masuk dari jam 08.00 WIB," papar gadis yang bekerja di kantor arsitektur.
Baik Bunda ataupun Shely mengaku awal mengenal Plurk karena mereka aktif ngeblog. Namun setelah ngeplurk, mereka meninggalkan blog.
"Saya sekarang sebulan sekali posting di blog. Padahal dulu saya cukup aktif nulis di blog," kata Bunda yang mengaku sudah tidak berorientasi meraih karma dalam plurk.
Karma adalah poin yang bisa dikumpulkan dalam plurk. Semakin banyak karma yang dikumpulkan semakin tinggi level seseorang. "Dulu plurk for karma, sekarang plurk for ekspresi," pungkas pemilik id Endhoot ini singkat.
( afz / wsh )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar