Sabtu, 27 Februari 2010

Uang Punya Emosi, Kenali Cara Tepat Menggunakannya

Uang Punya Emosi, Kenali Cara Tepat Menggunakannya
Shopaholic paling enggak tahan melihat pengumuman sale. Pastikan Anda ditemani satu orang saja ketika berbelanja.
Sabtu, 27/2/2010 | 22:09 WIB

KOMPAS.com - Uang, alat tukar yang nilainya semakin tinggi ini juga punya emosi. Namun emosi pada uang sangat bisa dikontrol oleh penggunanya, yakni Anda. Uang menjadi tidak emosional jika penggunanya mencatat detil setiap pemasukan dan pengeluaran yang didapatkan dari penghasilan utama, maupun pendapatan lainnya.

Perencana keuangan dari Akbar's Financial Check Up, Aidil Akbar Madjid menilai, karena emosi uang inilah, urusan perencanaan keuangan menjadi penting. Menurutnya, dengan merencanakan keuangan, setidaknya dengan mencatat cash flow, keuangan akan lebih terukur.

"Kebanyakan orang menggunakan 50 persen dari penghasilannya untuk biaya entertainment, dan ini dilakukan lebih karena gengsi," papar Akbar dalam media gatheringperayaan ulang tahun pemain sinetron Rezky Adhitya di Hema TIS Square Jakarta (25/2/2010).

Besar pasak daripada tiang akhirnya menjadi masalah umum yang ditemui para pekerja. Menurut Akbar, kondisi keuangan seperti ini bisa diatasi jika seseorang mengenali emosi pada uang. Bagaimana cara sederhana mengakali agar tidak terbawa emosi dalam menggunakan uang?

Kurangi biaya entertainment, atasi gengsi
Pilihan titik temu di mal jumlahnya puluhan. Jika Anda memang merasa perlu bertemu rekan kerja di luar kantor, pilih tempat yang lebih murah. Jika perlu Anda yang menentukan tempatnya dan jauhi gengsi. Perhitungkan rasio penggunaan uang jika Anda, karena gengsi, pilih tempat yang memasang harga tinggi. Rasio uang Anda bisa digunakan untuk keperluan lain. Bahkan bisa diinvestasikan dan membuat uang punya nilai tambah lima hingga puluhan tahun ke depan.

Kontrol emosi belanja, lebih baik pergi sendiri
Diskon di tengah malam, pagi hari, menjelang peringatan hari besar nasional atau apapun ragam produknya, bisa sangat menggiurkan. Perlu dikenali, ada efek psikologis dalam berbelanja. Akbar mengatakan jika Anda belanja dalam waktu yang sempit, atau terburu-buru kecenderungannya akan lebih boros dan tidak seperti yang direncanakan. Kondisi fisik yang tidak fit seperti kelelahan sepulang kantor, mengantuk, perut kosong bisa menimbulkan efek psikologis yang membuat Anda berbelanja dengan irasional. Jadi pastikan jika ingin berbelanja Anda bebas dari kondisi tadi. Bahkan menurut Akbar, belanja rombongan dengan teman dekat, lebih dari dua orang hanya akan membuat dompet terkuras. Kecenderungan belanja beramai-ramai adalah Anda menjadi lebih permisif dengan komentar dari rekan Anda. Jika dua hingga lima orang mengatakan gaun yang Anda pilih bagus, emosi Anda terpancing untuk membelinya. Pergilah belanja sendiri atau minimal ditemani satu orang. Cara ini cukup efektif, karena meminimalisir emosi yang akan mempengaruhi pengeluaran Anda.

Work hard party hard, tapi tetap butuh investasi

Menikmati hidup setelah sibuk dan bekerja keras dengan pekerjaan di kantor sah saja. Namun bukan berarti Anda bebas menggunakan penghasilan tanpa merencanakan keuangan. Jika sederhananya, Anda sudah mulai mengatur pengeluaran dengan mencatat uang masuk dan uang keluar, mulailah beranjak ke level berikutnya, investasi. Berinvestasi dari penghasilan utama Anda merupakan salah satu bentuk perencanaan keuangan.

Menurut Akbar, produk investasi paling terjangkau, bernilai tinggi di masa mendatang, adalah dengan mengalokasikan dana untuk membeli emas logam mulia mulai dari 1 gram. Produk investasi lainnya adalah saham, deposito, properti, reksa dana, bisnis. Pilihan investasi bergantung kepada kemampuan Anda dan kebutuhan apakah jangka pendek, menengah atau panjang.

C1-10


Editor: wsn

http://female.kompas.com/read/xml/2010/02/27/22093370/uang.punya.emosi.kenali.cara.tepat.menggunakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar