Jumat, 23 April 2010

Memahami Foto Montase

Memahami Foto Montase

Foto di halaman ini biasa disebut foto montase, alias foto yang terbuat dari beberapa foto lain. Khusus untuk ketiga foto tersebut, ada kejenakaan yang terlihat sehingga ketiga foto layak disebut sebagai foto montase humor. Dan kalau Anda perhatikan baik-baik, ketiga foto dibuat dengan perencanaan sangat cermat untuk elemen-elemen pembentuknya.

Montase berasal dari kata montage. Menurut www.answers.com, Montage is a single pictorial composition made by juxtaposing or superimposing many pictures or designs.

Maka, foto montase adalah foto yang terbuat dari ”tempelen-tempelen” foto lain. Maka, foto montase bisa sederhana, misalnya, sekadar menempelkan foto seorang manusia pada sebuah foto pemandangan, tetapi bisa juga rumit dan sangat terencana.

Dalam sejarah fotografi, foto montase tercatat bisa menjatuhkan seorang politikus di AS. Foto politikus itu telah dimontase (ditempeli) dengan foto seorang tokoh partai lawan. Akibatnya, sang politikus terjungkal pada sebuah pemilihan anggota senat.

Foto montase juga terlihat selama kampanye pemilu dan pilkada tahun lalu di Jakarta. Alangkah banyaknya foto tokoh penting dimontase dengan foto peserta pilkada dengan maksud tentunya untuk menarik perhatian para calon pemilih.

Dalam hal lain, foto montase banyak dilakukan untuk keperluan sehari-hari, misalnya, menggabungkan foto dari orang-orang yang sudah tidak bisa difoto lagi. Sebagai contoh, foto-foto pasangan orangtua yang sudah tiada kadang dibuat dengan menggabungkan foto mereka satu per satu menjadi seakan difoto berdua dalam satu bingkai.

Montase digital

Dan dalam kaitannya dengan rubrik ”Klinik Fotografi Kompas” kali ini, foto montase yang ditampilkan adalah foto-foto montase yang secara pembuatan sungguh memerlukan perencanaan mendetail dan teknik olah digital yang mumpuni.

Final Toto yang membuat foto ”Tell Me About Me” (TMAM, foto 4) menuturkan cara pembuatan foto itu berikut bahan-bahan mentahnya.

Final Toto mengaku sudah punya konsep untuk foto tersebut sebelumnya. ”Maka, kemudian saya mencari orang yang cocok menjadi tokoh dalam foto itu. Kebetulan ada tetangga yang wajahnya pas,” kata Final Toto.

Jadi, orang tersebut kemudian difoto empat kali sebagai elemen dasar foto TMAM. Foto tangan saja perlu dibuat sebab foto pertama (paling kiri) ternyata punya bagian tangan yang tidak cocok untuk foto montasenya. Jadi, foto terkiri punya tangan yang berbeda dengan tangan aslinya.

Foto-foto bahan mentah semuanya diolah dengan program pengolah gambar, dibuang latar belakangnya. Setelah semua foto bahan mentah sudah hilang latar belakangnya, kemudian diubah ukurannya agar sesuai satu dengan yang lain. Foto tangan, misalnya, harus diperkecil sampai sesuai dengan ukuran manusianya.

Setelah itu keempat foto digabung sehingga menghasilkan foto TMAM yang jenaka tersebut.

”Self portrait”

Berbeda dengan Final Toto, dua fotografer lain, yaitu Hendy Irawan dan Mahardhika Arifiansyah, justru memanfaatkan foto diri sendiri untuk bahan foto montasenya.

”Saya berbekal tripod dan self timer,” kata Mahardhika yang menciptakan foto ”My Lil Red Devils (MLRD, foto 2).

Dalam foto MLRD, Mahardhika sampai membuat 16 foto dirinya dan sebuah foto lensa untuk menjadi sebuah foto montase. Dan setiap foto dirinya, semua dirancang dengan teliti gerakannya agar sesuai dengan konsep yang telah dirancang.

Demikian pula foto ”Ketika Aku Mengejarku Lagi” (KAML, foto 1).

Baik Final Toto, Mahardhika, maupun Hendy sesungguhnya telah menggabungkan fotografi dan desain grafis dalam karyanya itu. Walau bahan dasarnya tetap foto, proses pengerjaannya adalah proses grafis.

Foto-foto montase di halaman ini makin menguatkan sinyalemen bahwa pada masa depan fotografi, seni lukis dan seni grafis sudah berbaur. Arbain Rambey

http://kfk.kompas.com/blog/2010/04/20/memahami-foto-montase-59443#comment-9587

Tidak ada komentar:

Posting Komentar