The Ghost Writer: Pembunuhan, Konspirasi & Memoar Eks PM
Iin Yumiyanti - detikMovie
Jakarta - Romans Polanski bagai mutiara dalam dunia film. Nyaris tidak ada film biasa-biasa saja yang dilahirkannya. Sebut saja 'Rosemary Baby', 'China Town', dan tentu saja, 'The Pianist' yang telah menjadi film klasik yang selalu dikenang. Kini Polanski kembali dengan 'The Ghost Writer'. Sekali lagi veteran Polandia ini menciptakan karya yang brilian.
Dalam 'The Ghost Writer', Polanski merajut kisah seorang mantan perdana menteri (PM) yang gamang, seorang istri cantik yang penuh ambisi politik, dan seorang penulis kondang yang rela menanggalkan namanya demi uang. Polanski meramu kisah ini menjadi triller politik yang dipenuhi bumbu konspirasi.
Pada sebuah malam yang basah, Adam Lang (Pierce Brosnan), seorang mantan perdana menteri Inggris mengungkapkan alasannya masuk dunia politik. 'Sang Mantan' memberi alasan yang romantis, ia terjun ke dunia politik gara-gara cinta. Ia jatuh cinta pada aktivis politik yang cantik, Ruth Lang (Olivia Williams), yang mengetuk pintu rumahnya untuk membagikan selebaran.
Mike (Ewan McGregor), yang mendengarkan kisah 'Sang Mantan' itu sebenarnya adalah seorang penulis yang tidak berminat pada masalah-masalah politik. Tapi celakanya, ia disewa untuk menyelesaikan memoar Adam Lang yang penulisannya terhenti setelah McAra, pembantu sekaligus ghost writer memoar mantan PM Inggris itu tewas.
Bagi Mike, menulis memoar mantan PM sepertinya akan menjadi hal sederhana saja. Penulisan memoar hanya sekadar bagaimana menulis dan menyusun kata, kalimat dan alinea yang menarik dibaca, inspiratif, dan pada akhirnya disukai dan laris.
Namun, begitu sang penulis bayangan itu tinggal di pulau tempat persembunyian Adam Lang, pulau Martha, di kawasan pantai timur Amerika Serikat, dengan segera ia mencium banyak rahasia, kejanggalan, juga kebohongan, dan misteri. Bersama penulisan memoar tersebut, ia terjebak pada upaya melakukan serangkaian investigasi yang membahayakan jiwanya dan juga skandal seks dengan istri mantan PM.
Kisah konspirasi, bila dibesut sutradara kurang piawai, biasanya menjadi kisah yang klise, dan tidak sedikit yang membodohi. Namun, di tangan Polanski, 'The Ghost Writer', akan sangat mencekam seperti banyak karya Polanski lainnya. Film ini tak hanya mendedahkan ketegangan, tapi juga mendesirkan pada kita sebuah renungan tentang potret manusia yang rapuh, dan penuh paradoks.
'The Ghost Writer' mengantarkan Polanski meraih Silver Bear, sebagai sutradara terbaik dalam Festival Film Berlin baru-baru ini. Dengan prestasi itu, rasanya film ini juga tinggal menunggu waktu, untuk dicatat sebagai salah satu film thriller poltik terbaik, yang pernah dibuat.
Film ini diangkat dari novel laris Robert Harris, seorang kolomnis politik Inggris yang mensupport Tony Blair. Begitu Blair mendukung perang Irak, Robert Harris mengundurkan diri dan melahirkan novel 'The Ghost'.
Tokoh Adam Lang dalam The Ghost seperti personifikasi Blair. Di hari-hari pensiunnya Blair memang terus-menerus menjadi target dan kejaran wartawan, aktivis perdamaian, keluarga korban perang, dan bahkan pengadilan internasional kejahatan perang. Itu semua akibat kebijakan-kebijakannya semasa memerintah, yang sangat membebek pada Amerika, dalam perang melawan terorisme, perang Irak, dan perang Afghanistan.
'The Ghost Writer' mengungkap rahasia mengapa Adam Lang (Blair?) seorang politisi yang begitu karismatis dan pintar, selama menjadi PM Inggris, bisa begitu patuh kepada Gedung Putih, seperti kepatuhan anjing pudel pada tuannya.
Tokoh Adam Lang, yang karismatis tapi tragis, bisa diperankan Pierce Brosnan dengan lentur dan penjiwaan yang kompleks. Secara mengejutkan, Brosnan mampu menampilkan sosok Adam Lang yang rapuh didera perasaan post power syndrome, stress, namun (berkepribadian) hangat.
Lewat, aktingnya yang bersinar ini, Brosnan seakan hendak menggiring benak penonton, untuk menyelami kesepian, kehampaan, sekaligus kemarahan Adam Lang, sosok yang semasa berkuasa pun tidak pernah bisa menjadi dirinya sendiri. Sosok, yang dalam sudut berbeda, mudah mengingatkan kita pada karakter-karakter tragis pada film-film karya maestro thriller Alfred Hitchook.
Film yang dibuka dengan suasana tegang di sebuah pelabuhan ini, sayangnya ditutup dengan ending dramatis yang terasa bergaya Hollywood.
Well, bagi penonton Indonesia, selain nama negeri ini disebut, film ini memberi harapan, secanggih apapun penguasa membuat konspirasi pada akhirnya kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. (iy/hkm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar