Seruling Project
Garap Animasi Lokal Bagai Perang 'Seruling Bambu' vs 'Flute'
Fajar Widiantoro - detikinet
blender Indonesia (ist)
Jakarta - Penggunaan software open source vs software komersial ibarat 'seruling bambu' vs 'flute'. Harganya jauh berbeda, tapi kualitas nada boleh diadu.
Hal itu yang dirasakan oleh penggiat proyek animasi tiga dimensi (3D) lokal Seruling Project. Modal awal mereka adalah Rp. 0,- alias tanpa modal.
Karena tanpa modal, Seruling Project menggunakan software-software open source yang gratis dalam berkarya. Namun kualitasnya tak kalah dengan software komersial.
"Hal utama kenapa kami menggunakan software open source tersebut adalah karena tidak mau bermasalah dengan urusan lisensi/bajakan. Software yang kami gunakan semua free (bebas)," ujar HizaRo selaku Director Seruling Project, ketika dihubungidetikINET via-email, Selasa (19/1/2010).
Hiza pun mengungkap bahwa pengguna hanya tinggal men-download dan menggunakan software sesuka hatinya. Jika perlu, mereka juga bisa melakukan modifikasi sesuai kebutuhan agar proses produksi lancar.
"Hal ini tidak kami dapatkan dengan software proprietary karena harus membeli lisensinya yang sangat mahal. Terus terang kami berasumsi nol budget alias tanpa sponsor pada awalnya. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan donasi akan kami dapatkan dari berbagai pihak yang tergerak," tambahnya.
Project ini sebenarnya ingin membuktikan, bahwa Open Source sangat ampuh untuk pekerjaan animasi yang berkualitas. "Hal ini diharapkan dapat memotivasi rekan-rekan lain yang akan memproduksi film animasi dengan dana terbatas," tandas Hiza.
Ingin tahu sudah sampai mana perkembangan Seruling Project? Kunjungi blog Seruling Project. ( fw / wsh )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar