Sabtu, 26 November 2011

VIDEO: Restoran Masa Depan ala Jerman


VIDEO: Restoran Masa Depan ala Jerman

Desain interior di dalam restoran ini seperti taman bermain.

SABTU, 26 NOVEMBER 2011, 16:01 WIB
Bayu Galih
VIVAnews - Sebuah restoran yang bernama 's Baggers di kota Nurnberg, Jerman memiliki konsep unik dan bisa disebut sebagai restoran masa depan. Tidak seperti restoran konvensional, restoran ini tidak memilki pelayan dan mengandalkan teknologi dalam memberikan pelayanan.


Uniknya lagi, interior restoran ini didesain seperti taman bermain. Tanpa pelayan, makanan diantarkan dengan memanfaatkan rel-rel seperti di permainan roller coaster.


Pemesanan makanan pun dilakukan dengan menggunakan layar touchscreen. Di layar ini, pengunjung bisa mengetahui isi makanan, misalnya jenis-jenis sapi yang digunakan sebagai hidangan. Pengunjung pun tak perlu khawatir makanannya tertukar. Di atas makanan atau minuman selalu tertempel stiker nama pemesan.


Seperti apa restoran istimewa itu? Anda bisa lihat videonya di tautan ini.
• VIVAnews

Selasa, 22 November 2011

Tampil Vintage Berbingkai Kacamata Bulat


Tampil Vintage Berbingkai Kacamata Bulat

Tren yang dipopulerkan John Lennon pada 1970-an kembali digemari pecinta fashion.

SELASA, 22 NOVEMBER 2011, 11:31 WIB
Anda Nurlaila, Febry Abbdinnah
VIVAnews - Gaya John Lennon dengan kacamata bulat membingkai mata menjaditrendsetter di tahun 70-an. Seiring dengan kematiannya pada 1980, tren kacamata bulat ditinggalkan dan digantikan dengan tren kacamata besar bak mata lalat.

Namun belakangan ini, hal-hal yang berbau vintage kembali digemari pecinta fashion.Tak heran, barang-barang yang kental dengan nuansa tahun 50-an hingga 70-an, dari gaun-gaun vintage ala Audrey Hepburn hingga tas-tas kulit vintage yang sempat tren di tahun 70-an kembali merebak. Tak ketinggalan kacamata bulat ala John Lennon.

Semua ini dilakukan semata untuk mendapatkan fashion statement pribadi dan membuat mereka terlihat 'tidak biasa'.

Sebut saja Beyonce, Kate Moss, Katie Holmes, Lady Gaga serta Elle Fanning yang kerap kali terlihat menggunakan kacamata bulat vintage. Mungkin tak pernah terpikirkan oleh salah satu pendiri The Beatles ini kalau kacamata bulat yang sering digunakannya akan kembali menjadi tren di era modern abad ke 21.
Tapi, melihat artis berduyun-duyun menggunakan kacamatanya semakin menguatkan bahwa kacamata vintage adalah sesuatu yang dicari untuk menggantikan tren kacamata besar dengan frame solid yang mendominasi tren kacamata lima tahun belakangan ini.

Tentu memakai kacamata bulat memerlukan tingkat kepercayaan diri tinggi mengingat tak semua bentuk wajah cocok dengan kacamata ini. Tapi, memadukan kacamata bulat dengan leather jacket akan menjadi tampilan seru ketika hang out bersama teman. Gunakan kacamata tersebut dengan vintage dress dan blazer untuk tampilan yang sedikit formal.

Atau, Anda dapat melakukan eksperimen sendiri untuk mendapatkan gaya pribadi Anda.
• VIVAnews

Survei: Media Sosial Kebutuhan Karyawan Muda


Survei: Media Sosial Kebutuhan Karyawan Muda

Karyawan muda melihat akses terhadap media sosial adalah hak yang wajib dimiliki.

SELASA, 22 NOVEMBER 2011, 10:54 WIB
Anda Nurlaila
VIVAnews - Saat melakukan wawancara kerja dengan calon atasan, Anda tentu ingin menanyakan beberapa hal yang menyangkut kenyamanan dalam bekerja. Sebuah survei terbaru menyebut ada satu pertanyaan sering ditanyakan calon karyawan muda, yaitu apakah dapat mengakses media sosial selama jam kantor.

Survei Cisco menemukan salah satu fasilitas yang paling diinginkan calon karyawan usia 20-an adalah media sosial. Namun kenyataannya, 40 persen mahasiswa dan 45 persen profesional muda mengatakan mereka akan mengambil lowongan pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk membuka media sosial seperti Facebook dan Twitter daripada perusahaan yang memberi gaji lebih tinggi namun melarang karyawan mengakses media sosial selama bekerja.

Dikutip dari Cosmopolitan, 56 persen karyawan usia  21-29 tahun yang disurvei mengatakan mereka akan menolak tawaran pekerjaan jika mereka tak diizinkan mengakses media sosial di kantor selama jam kerja.

Survei yang melibatkan 1.400 mahasiswa perguruan tinggi dan 14.000 pencari kerja muda mengungkap keterhubungan sosial saat jam kerja merupakan salah satu hak yang diinginkan selain jaminan keselamatan kerja, kesehatan dan waktu istirahat.

Survei juga menyebutkan, selain akses media sosial, waktu liburan dan meninggalkan pekerjaan di hari Jumat juga menjadi pertimbangan khusus calon karyawan berusia muda.
• VIVAnews

Tujuh Berlian Berwarna Termahal di Dunia


Tujuh Berlian Berwarna Termahal di Dunia

Ada berlian yang dipercaya memiliki kutukan dan akan memicu pemiliknya bunuh diri.

SELASA, 22 NOVEMBER 2011, 13:19 WIB
Mutia Nugraheni
VIVAnews - Kilau berlian memang selalu menimbulkan kekaguman. Proses penambangan, pengolahan, hingga pemotongan yang rumit, membuatnya memiliki harga selangit.

Tak heran, banyak orang menjadikan berlian sebagai penghias diri sekaligus pengangkat gengsi, seperti tujuh berlian-berlian berikut. Dilansir dari Elle.com, keindahan dan kelangkaannya, menjadikan tujuh berlian masuk daftar berlian berwarna termahal di dunia.

1. Berlian Pumpkin (US$3 juta atau Rp27 miliar) 
Berlian PumpkinDitemukan pada 1997 dan dibeli seharga US$1,3 juta oleh Ronald Winston dari House of Harry Winston. Berlian yang memiliki nilai 5,54 karat ini, dimasukan dalam kategori Fancy Vivid Orange oleh Gemological Institute of America.
Nama Pumpkin dipilih Winston, karena ia membelinya sehari sebelum perayaan Halloween. Harganya saat ini diperkirakan mencapai US$3 juta atau Rp27 miliar. Cincin berlian Pumpkin pernah dikenakan Halle Berry pada 2002, saat memenangkan piala Oscar.

2. Berlian Flawless Blue (US$9,5 juta atau Rp 85,9 miliar) 
Berlian Flawless BluePada 2009, balai lelang Sotheby di Genewa menjual berlian Flawless Blue, seharga US$9,5 juta. Penjualan ini memecahkan rekor termahal untuk berlian warna biru. Berlian 7,03 karat berbentuk persegi panjang ini, dibeli seseorang yang tak diketahui namanya. Ia hanya melakukan transaksi selama 15 menit melalui telepon.

3. Berlian Sun-Drop (US $10,9 juta atau Rp95 miliar) 
berlian pear langkaBerlian berbentuk buah pir warna kuning cerah ini ditemukan di Afrika Selatan tahun lalu. Berlian 'Sun Drop' ,110,3 karat dijual oleh Cora Internasional melalui balai lelang Sotheby di Jenewa. Para ahli permata menyatakan, batuan mulia ini menghasilkan gradasi warna tertinggi dari jenisnya.

4. Berlian Wittelsbach-Graff (US$24,3 juta atau Rp220 miliar) 
Ditemukan di India pada pertengahan 1600an, berat berlian ini lebih dari 35 karat. Pada 2008, berlian ini dibeli oleh ahli perhiasan asal Inggrisr Laurence Graff.

5. Berlian Graff Pink (US$46 juta atau Rp416 miliar) 
Berlian pink 24,78 karat Berlian 24,78 karat berpotongan emerald ini pernah dimiliki oleh kolektor perhiasan, Harry Winston. Namun, pada 2010, berlian warna merah muda ini dilelang dan harganya mencapai US$46 juta atau Rp416 miliar. Setelah melalui proses pelelangan, berlian ini jatuh ke tangan Laurence Graff.

6. Berlian Hope  (US$250 juta atau Rp2,2 triliun) 
Berlian HopeBerlian Hope ini 'bertempat tinggal' di Smithsonian National Museum of Natural History, Amerika Serikat. Disebut-sebut sebagai berlian paling romantis dan paling banyak dikunjungi selain lukisan 'Mona Lisa'.

Ditemukan di India pada tahun 1812, berlian 45,52 karat ini sudah pindah ke banyak pemilik selama bertahun-tahun, termasuk Harry Winston, Pierre Cartier, dan Lord Francis Hope, yang kini jadi nama berlian. Beredar mitos, kalau berlian ini memiliki kutukan, yaitu pemiliknya akan mati bunuh diri.

7. Berlian Spirit of de Grisogono (nilainya tak diketahui) 

Beratnya mencapai 312.24 karat, Spirit of de Grisogono merupakan berlian hitam terbesar di dunia. Proses penambangan dilakukan selama beberapa dekade. Pada awalnya, berat berlian 587 karat. Kemudian, berlian ini dipercantik dengan dalam sebuah cincin emas yang juga dihiasi 702 berlian putih, dengan total 36,69 karat. (umi)
• VIVAnews

Kondisi Ekonomi Tentukan Tren Sepatu


Kondisi Ekonomi Tentukan Tren Sepatu

"Biasanya, ketika ekonomi tengah terpuruk, konsumen akan tetap memakai high heels."

RABU, 23 NOVEMBER 2011, 07:28 WIB
heni pridia, Febry Abbdinnah
VIVAnews - Sepatu sudah menjadi penunjang gaya seseorang. Tapi, tahukah Anda tren sepatu ternyata dipengaruhi oleh keadaan ekonomi?

Coba lihat gambaran ini. Pada 1920-an, sepatu bertumit rendah adalah pembuka jalan bagi trenhigh heels selama terjadinya Great Depression, krisis ekonomi dunia sebelum Perang Dunia II.

Sandal mulai jarang digunakan di akhir tahun 60-an dan pada tahun 1970-an saat terjadi krisis minyak, sepatu platform kembali menghiasi majalah Vogue. Lain lagi dengan tahun 90-an, yaitu saat marak penggunaan internet. Sepatu bertumit rendah mulai tergantikan oleh high heels.

"Biasanya, ketika ekonomi tengah terpuruk, konsumen akan tetap memakai high heels. Konsumen beralih ke tren mode yang lebih flamboyan sebagai sarana berfantasi dan melarikan diri," ujar Trevor Davis, ahli konsumen produk dari International Business Machines' Global Business Services.

IBM melakukan penelitian terhadap posting di media sosial dan memprediksi bahwa ketenaran high heels akan segera digantikan oleh tren flat shoes.

"Kali ini sesuatu yang berbeda terjadi, mungkin karena penghematan jangka panjang yang membuat setiap konsumen memiliki keinginan untuk tidak tampil over dressed," ia menambahkan.

IBM menggunakan software khusus untuk memilah-milah posting di media sosial terkait tren sepatu. Responden yang dipilih mulai dari pemilik situs tentang sepatu, hingga blogger yang diakui oleh pecinta fashion.

Saat ini, toko-toko memang masih memajang high heels sebagai tren yang masih diminati. Selama 2008 hingga 2009, fashion blogger secara konsisten menulis high heels dengan tinggi tumit 12-20 cm. Namun mendekati akhir 2009 dan sesudahnya, wanita mulai jarang memakai high heels. Bahkan selama 2011, mereka ramai-ramai menuliskan tentang kembalinya kitten heel dan flat shoes dari Jimmy Choo dan Christian Louboutin.

Bukan berarti high heels akan menghilang. Sepatu tumit tinggi ini akan tetap ada untuk digunakan saat pergi ke pesta, tapi tidak lagi dikenakan saat beraktivitas di kantor atau hanya sekadar berbelanja.

Menurut IBM, penelitian ini juga menekankan bahwa kini bukan hanya produsen yang membentuk tren. Melainkan ada pengaruh dari fashion blogger yang bisa 'mencuci otak' wanita sehingga tercipta arus dalam berbusana.  (umi)
• VIVAnews