Sabtu, 27 Maret 2010

Okeycall, 'Kembaran' Facebook Cita Rasa Lokal

Rabu, 18/11/2009 18:23 WIB

Okeycall, 'Kembaran' Facebook Cita Rasa Lokal
Ardhi Suryadhi - detikinet

Screenshot Okeycall

Jakarta - Sebuah perusahaan nasional yang berbasis di Tangerang, Banten, meluncurkan situs jejaring sosial yang mirip dengan Facebook. Situs ini diberi nama Okeycall dan diklaim menggunakan platform teknologi yang lebih maju dari Facebook.

Amal Alghozali, Presiden Direktur Okeycall Indonesia mengatakan, kehadiran situs ini adalah upaya untuk mementahkan mitos bahwa Indonesia tidak pernah bisa menghasilkan produk inovasi teknologi serta hanya menjadi konsumen dan pengguna produk-produk teknologi asing.

"Padahal kita memiliki ribuan ilmuan-peneliti yang dapat menghasilkan inovasi teknologi dengan daya saing global. Selama mitos itu tidak kita buang jauh-jauh, maka kita akan terus menjadi konsumen," tegasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/11/2009).

Pun demikian, sayangnya kehadiran situs ini tak bisa dilepaskan dari bayangan Facebook yang sudah kadung mengakar di kalangan pengguna internet Indonesia. Bahkan dalam rilisnya, Okeycall mengakui bahwa tampilan mereka sekilas seperti menyontek Facebook.

"Beberapa fitur yang tidak ada di jejaring sosial lain, ada di Okeycall. Seperti live video chat yang memungkinkan member Okeycall bertatap muka dengan lawan chatting secara interaktif," timpal Tubagus Herman Hermawan, penggembang sistem dan Direktur Teknik dan Operasional Okeycall Indonesia.

Secara teknis, pengguna tidak perlu men-download aplikasi untuk menikmati layanan live video chat tersebut. Hal ini dirasa sangat berbeda dengan aplikasi video chat situs lain, namun tetap memiliki resolusi tinggi.

Selain live video chat, Okeycall juga menyediakan fitur free SMS, conference chat, blog serta beberapa fitur lain laiknya situs jejaring sosial. Okeycall bahkan juga dilengkapi dengan fasilitas mail server yang dapat dimanfaatkan secara gratis. Mail server ini berfungsi sebagai situs penyaji, penerima dan pengirim surat elektronik atau e-mail.

Meski diklaim menggunakan platform teknologi yang lebih maju dari Facebook, tetapi tetap saja Okeycall bukanlah -- atau setidaknya belum menjadi tandingan Facebook. Ketika disambangi detikINET, tampilan Okeycall terlihat masih kaku dan navigasi di halaman pengguna pun masih membingungkan.

( ash / wsh )

312 Animator Lokal Bakal Sambangi Hellofest 6

Rabu, 09/12/2009 16:37 WIB

312 Animator Lokal Bakal Sambangi Hellofest 6
Trisno Heriyanto - detikinet

Wahyu Aditya dalam kostum Star Wars

Jakarta - Hello Motion kembali menggelar acara tahunan mereka, Hellofest, yang merupakan ajang kumpul-kumpul para pembuat animasi atau penggila tokoh kartun. Dalam Hellofest tahun ini, sedikitnya 312 karya animator lokal akan dihadirkan.

"Ada sekitar 312 kreator animasi lokal pada acara Hellofest kali ini, dan 80 persen dari karya mereka berbentuk animasi singkat," papar Wahyu Aditya selaku Koordinator HelloFest 6 sekaligus pendiri dari Hello Motion, di Pisa Kafe, Rabu, (9/12/2009).

Selain bakal diramaikan dengan Kostumasa atau masyarakat berkostum, acara tersebut juga bakal diramaikan dengan pemutaran film animasi pendek buah karya anak negeri, dengan tema Motion Pictures Art.

Motion Pictures Art sendiri digunakan sebagai wadah bagi para kreator audio visual untuk dapat berkarya dan menampilkan hasil ciptaannya tanpa adanya penggolongan tertentu.

Hellofest 6 bakal dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Desember 2009 di Balai Kartini. Dalam acara tersebut peserta juga akan memperebutkan berbagai hadiah seperti iMac, MacBook, Paket Wisata ke Singapura dan hadiah lainnya. ( eno / faw )

Seruling Project ,Garap Animasi Lokal Bagai Perang 'Seruling Bambu' vs 'Flute'

Selasa, 19/01/2010 17:26 WIB
Seruling Project
Garap Animasi Lokal Bagai Perang 'Seruling Bambu' vs 'Flute'
Fajar Widiantoro - detikinet

blender Indonesia (ist)

Jakarta - Penggunaan software open source vs software komersial ibarat 'seruling bambu' vs 'flute'. Harganya jauh berbeda, tapi kualitas nada boleh diadu.

Hal itu yang dirasakan oleh penggiat proyek animasi tiga dimensi (3D) lokal Seruling Project. Modal awal mereka adalah Rp. 0,- alias tanpa modal.

Karena tanpa modal, Seruling Project menggunakan software-software open source yang gratis dalam berkarya. Namun kualitasnya tak kalah dengan software komersial.

"Hal utama kenapa kami menggunakan software open source tersebut adalah karena tidak mau bermasalah dengan urusan lisensi/bajakan. Software yang kami gunakan semua free (bebas)," ujar HizaRo selaku Director Seruling Project, ketika dihubungidetikINET via-email, Selasa (19/1/2010).

Hiza pun mengungkap bahwa pengguna hanya tinggal men-download dan menggunakan software sesuka hatinya. Jika perlu, mereka juga bisa melakukan modifikasi sesuai kebutuhan agar proses produksi lancar.

"Hal ini tidak kami dapatkan dengan software proprietary karena harus membeli lisensinya yang sangat mahal. Terus terang kami berasumsi nol budget alias tanpa sponsor pada awalnya. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan donasi akan kami dapatkan dari berbagai pihak yang tergerak," tambahnya.

Project ini sebenarnya ingin membuktikan, bahwa Open Source sangat ampuh untuk pekerjaan animasi yang berkualitas. "Hal ini diharapkan dapat memotivasi rekan-rekan lain yang akan memproduksi film animasi dengan dana terbatas," tandas Hiza.

Ingin tahu sudah sampai mana perkembangan Seruling Project? Kunjungi blog Seruling Project. ( fw / wsh )

Berkat Komunitas, Opera.com Kini Berbahasa Indonesia

Jumat, 12/02/2010 14:55 WIB
e-Community
Berkat Komunitas, Opera.com Kini Berbahasa Indonesia
Wicak Hidayat - detikinet

Screenshot Opera.com

Jakarta - Giatnya komunitas Opera di Indonesia diakui oleh perusahaan piranti lunak asal Norwegia tersebut. Opera.com pun bisa menggunakan Bahasa Indonesia berkat upaya komunitas.

Dalam keterangan yang diterima detikINET, Jumat (12/10/2010), Opera Software mengatakan semua pengguna browser-nya yang memilih Bahasa Indonesia akan mendapatkan tampilan berbahasa Indonesia saat mengunjungi Opera.com. Penerjemahan Opera.com diakui merupakan upaya komunitas Opera di Indonesia, termasuk My Opera Indonesia dan Opera Campus Crew Indonesia.

Indonesia memang punya tempat tersendiri bagi Opera. Sebagai pengguna Opera Mini kedua terbesar di dunia, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara dengan penduduk yang paling antusias terhadap Opera.

"Ketika pengguna Indonesia mengunjungi Opera.com untuk mengunduh browser kami, kami ingin menyambutnya dengan bahasa sehari-sehari mereka. Pengguna di negara ini telah menunjukkan kesetiaan yang teguh terhadap produk kami, dan kami bangga untuk membantu jutaan orang untuk bisa online," kata Jon von Tetzchner, Pendiri Opera Software.

Opera Mini disebut telah menikmati keberhasilan di Indonesia karena kemampuannya untuk dijalankan pada beberapa platform ponsel. Selain itu, pengguna menggemari kemampuan kompresi yang memberikan pengalaman akses situs web lebih cepat dan mengurangi biaya data.

( wsh / wsh )

Google Hambat Terbentuknya Komunitas Online

Rabu, 24/02/2010 18:02 WIB
Comic 6
Google Hambat Terbentuknya Komunitas Online
Andrian Fauzi - detikinet

ilustrasi (ist.)

Bandung - Jumlah pengguna wordpress sangat banyak dan cukup mudah untuk membuat komunitas. Tapi para pegiat Wordpress di tanah air belum terpikirkan untuk membuat komunitas. Lho kenapa ?

Ternyata alasannya adalah lebih mudah googlingketimbang buat komunitas. Semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan googling. Google dianggap bisa memberikan solusi dari masalah dengan cepat tanpa perlu menunggu waktu lama.

Yah, dalam sesi Comic (Community of Multimedia and ICT) #6 hal itu terungkap. Acara yang digelar di ruang Sekar Telkom, Kantor Telkom Divre III, Jalan Supratman, Selasa (23/2/2010) malam itu mengambil tema 'Komunitas IT di Bandung'.

"Sulit membentuk komunitas Wordpress. Karena apa yang dicari itu lebih mudah searching di google daripada tanya sama orang di forum," ujar Setyagus Sucipto, salah seorang pegiat Wordpress di Bandung saat berbincang dengan detikINET usai acara.

Agus, demikian pria ini akrab dipanggil menambahkan bahwa sebenarnya mudah saja untuk membuat komunitas-komunitas lokal untuk Wordpress. Acara tahunan Wordcamp bisa menjadi pendorong untuk terbentuknya komunitas lokal. Tapi karena alasan efektifitas serta lebih cepat mendapatkan informasi dari google, Agus mengaku belum terpikirkan untuk membentuk komunitas wordpress.

"Ya biar lah kita ikut saja apa yang ada. Toh selama ini apa yang dibutuhkan oleh kawan-kawan dapat terakomodir dengan baik saat mencarinya di google," katanya.

Comic merupakan media berbagi ilmu pengetahuan yang diselenggarakan atas dasar partisipasi komunitas dalam bentuk pertemuan bersama. Rencananya kegiatan tersebut rutin tiap bulan dilaksanakan.


( afz / wsh )

Jaring Informasi, Polisi Bentuk Komunitas Blog

Kamis, 11/03/2010 13:48 WIB
e-Community
Jaring Informasi, Polisi Bentuk Komunitas Blog
Andrian Fauzi - detikinet

Polisi Ngeblog (afz/inet)

Bandung - Hari ini, Kamis (11/3/2010), sebuah komunitas blogger terbentuk di Bandung. Yang menarik, blogger yang tergabung dalam komunitas ini adalah anggota polisi di seluruh jajaran atau satuan di bawah Polwiltabes Bandung.

Komunitas yang diberi nama Crime Blog Community ini adalah bentukan dari Polwiltabes Bandung,detikbandung, blogdetik serta Telkom Speedy.

Kapolwiltabes Bandung Kombes Imam Budi Supeno dalam sambutannya mengatakan bahwa pembentukan komunitas ini pada dasarnya adalah untuk mendekatkan polisi dengan masyarakat.

"Seperti visi kita menjadi partnership dengan masyarakat. Ini adalah salah satu cara bagi kita untuk menambah kawan," paparnya.

Senada dengan Kapolwil, Wakapolwiltabes Bandung AKBP Purwolelono mengatakan bahwa komunitas tersebut salah satu funginya untuk menjaring informasi dari masyarakat.

"Kita kan ada program Pesona Sejuta Kawan. Dengan punya banyak kawan, kita dapatkan informasi dari masyarakat. Apakah kriminalitas, pelanggaran atau bahkan kinerja Polri. Tolong disorot," ungkap pria yang baru saja dinobatkan sebagai Blogstar di blogdetik ini.

Sebelumnya, selama hampir 2 minggu sebanyak 210 anggota polisi baik dari Polwiltabes ataupun satuan di bawahnya mengikuti pelatihan yang digelar setiap pagi di ruang Aula Mapolwiltabes Bandung, Jalan Jawa No 1.

Tidak hanya belajar membuat blog, pengetahuan umum tentang interne pun diajarkan dalam pelatihan tersebut.

Di tempat yang sama Pjs GM Datel Bandung Afianto Mukti mengungkapkan bahwa kenyataannya ke depan area kontak masyarakat tidak hanya fisik di jalanan. Area tindak kejahatan tidak hanya di jalanan semata. Tapi sudah memasuki area dunia maya.

"Karena itu lah, Polwiltabes Bandung adalah yang pertama kali mau belajar dan membuka wawasan terhadap internet. Karena ke depan sosialisasi masyarakat tidak hanya melalui kontak fisik, melainkan di dunia maya," tuturnya.

Crime Blog Community saat ini beranggotakan 210 polisi yang ikut dalam pelatihan tersebut. Rencananya pelatihan-pelatihan semacam ini akan terus dilaksanakan.

"Kita akan teruskan dan tingkatkan lagi pelatihan-pelatihan semacam ini. Harapannya Crime Blog Community ini menjadi media sosialisasi dan publikasi tugas-tugas Polri," tutup Kapolwil.

( afz / wsh )

Fotografer.net Bareng Intel Bidik Model Cantik

Sabtu, 27/03/2010 14:56 WIB
e-Community
Fotografer.net Bareng Intel Bidik Model Cantik
Fajar Widiantoro - detikinet

Workshop Fotografer.net (fw/inet)

Jakarta - Puluhan fotografer amatir dan profesional memadati ruangan satu hotel mewah di Jakarta. Bersama Intel, mereka pun bisa asyik membidik model-model cantik sembari menggali ilmu tentang foto digital.

Bertempat di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Sabtu (27/3/2010), para fotografer yang tergabung dalam komunitas Fotografer.net ini bekerja sama dengan Intel Indonesia, mengadakan sebuah workshop bertajuk Digital Workflow.

"Masa depan foto adalah fotografi digital. Saat kita bicara tentang digital foto, kita pun berbicara soal kemampuan komputer," ujar Kristupa Saragih, selaku praktisi foto kepada para peserta workshop.

Dalam workshop kali ini, Kristupa menjelaskan soal workflow fotografi digital. Tampil sebagai pembicara lainnya adalah John Tefon, praktisi digital imaging.

Pantauan detikINET di lapangan, workshop ini didahului sesi foto model dan dilanjutkan dengan mengolah foto hasil praktek. Keseluruhan workshop dimaksudkan untuk memberikan pengalaman langsung, dan melakukan proses alur kerja sebuah foto digital.

Masing-masing peserta dalam workshop ini juga mendapat kesempatan untuk praktik olah foto langsung dengan personal computer yang menggunakan prosesor Intel Core i5 3,33 Ghz. Olah foto dengan para model-model cantik pun jadi lebih menyenangkan.


Ilustrasi foto cover: Feby Febiola (febyfebiola.blogdetik.com)


( fw / rou )

Google Maps Makin Akrab dengan Pengendara Sepeda

Kamis, 11/03/2010 12:04 WIB

Google Maps Makin Akrab dengan Pengendara Sepeda
Santi Dwi Jayanti - detikinet

ilustrasi (flickr/cc/ed yourdon)

Jakarta - Dilatarbelakangi petisi yang ditandatangani oleh puluhan ribu orang, Google akhirnya setuju untuk membuat fitur baru di Google Maps. Ini adalah fitur rute sepeda agar pengendara sepeda bisa mencari rute yang aman di jalanan.

Fitur tersebut akan berisi rute-rute yang cocok untuk dijabani dengan sepeda. Rute ini dipastikan aman, jauh dari jalanan padat dan bukit yang tinggi.

"Ini adalah permintaan yang paling gencar dikeluarkan oleh pengguna Google Maps. Bahkan, sudah ada lebih dari 50.000 tanda tangan yang ada di petisinya," ujar Shannon Guymon, manager produk Google seperti yang dikutip detikINET dari Wired, Kamis (11/3/2010).

Meskipun sejauh ini fitur tersebut baru tersedia di 150 kota di Amerika, namun Google telah merancang rencana untuk meluaskan jangkauannya. Begitu juga untuk versi mobilenya, Google mengindikasikan bahwa mereka akan menggodoknya.


( sha / wsh )

Dongkel Google, Facebook Ukir Sejarah

Rabu, 17/03/2010 13:57 WIB

Dongkel Google, Facebook Ukir Sejarah
Fino Yurio Kristo - detikinet

Facebook (dailymail)

Jakarta - Facebook mencatat prestasi penting. Untuk pertama kalinya, situs bikinan Mark Zuckerberg ini mendongkel Google sebagai situs nomor satu di Amerika Serikat dalam waktu seminggu penuh.

Menurut perusahaan pengawas trafik internet, Hitwise, Facebook jadi situs yang paling banyak diakses pada minggu yang berakhir pada 13 Maret. Meski Google akhirnya kembali ke posisi puncak, pencapaian itu dianggap sebagai tonggak penting bagi Facebook.

Dalam minggu yang cukup bersejarah itu, Facebook meraup 7,07 persen dari total akses, melampaui Google yang diakses 7,03 pengguna internet di negeri Paman Sam. Berada di posisi berikutnya berurutan adalah Yahoo Mail, Yahoo, dan YouTube.

Dominasi Google sebagai situs terfavorit di AS memang sudah sangat lama tidak pernah tergoyahkan. Praktis sejak akhir 2007 ketika Google menggulingkan MySpace di posisi pertama, mesin cari ini secara konsisten duduk di posisi pertama.

Karena itulah, pencapaian Facebook dianggap sebagai prestasi signifikan, yang membuktikan kian populernya situs jejaring ini.

DetikINET kutip dari ComputerWorld, Rabu (17/3/2010), Facebook sudah beberapa kali menggusur Google sebelumnya, misalnya pada saat Natal tahun 2009. Namun inilah pertama kali Facebook berkuasa 1 minggu penuh. ( fyk / faw )

Peluncuran Google Buzz Tidak Bertanggungjawab

Kamis, 18/03/2010 16:17 WIB

'Peluncuran Google Buzz Tidak Bertanggungjawab'
Fino Yurio Kristo - detikinet

Google Buzz (dailymail)

Jakarta - Google kembali mendapat kritik pedas soal layanan jejaring barunya, Google Buzz. Seorang pejabat lembaga pemerintah Amerika Serikat menuding Google tidak bertanggung jawab saat meluncurkan Buzz.

Pasalnya, Google merilis Buzz tanpa berkonsultasi dahulu dengan usernya sehingga ada informasi personal yang disebar tanpa izin. Hal ini seharusnya tidak dilakukan oleh sebuah perusahaan pemimpin pasar teknologi.

"Tidak ada user yang dihubungi sebelum Google memutuskan secara sepihak apa yang akan dilakukan terhadap data mereka. Peluncuran Google Buzz tidak bertanggung jawab," ucap Pamela Jones Harbour, anggota Federal Trade Commission.

Menanggapi pernyataan ini, Brian Richardson selaku juru bicara Google mengklaim bahwa tranparansi terhadap user adalah isu utama bagi perusahaan mereka.

"Saat menyadari bahwa secara tidak sengaja kami membuat banyak user tidak senang, kami segera mengembangkan produk untuk menyelesaikan masalah mereka," ujarnya yang dikutipdetikINET dari BusinessWeek, Kamis (18/3/2010).

Google Buzz dikomplain karena layanan ini otomatis mengkoneksi pengguna dengan kontak yang sering ia kirimi email dan chat. Padahal belum tentu user ingin berteman dengan seseorang, hanya karena seseorang itu kerap berkirim email dengan mereka

Bahkan sempat ada gugatan hukum dari seorang wanita terkait masalah itu. Namun akhirnya, fitur itu dihentikan oleh Google. ( fyk / faw )

Google Mulai Tinggalkan China

Selasa, 23/03/2010 06:25 WIB

Google Mulai Tinggalkan China
Wicak Hidayat - detikinet

Screenshot Google.com.hk

Jakarta - Google agaknya mulai mewujudkan ancamannya untuk meninggalkan China. Situs utama Google di China, yang beralamat di Google.cn, kini tak lagi tersedia.

Mulai 'hengkang'-nya Google dari China diumumkan oleh David Drummond, SVP, Corporate Development dan Chief Legal Officer Google dalam blog resmi Google seperti dikutip detikINET, Selasa (23/3/2010).

"Kami telah menghentikan sensor di layanan searchkami, termasuk Google Search, Google News dan Google Images yang ada di Google.cn," ujar Drummond.

Nah, dari China daratan, kini situs Google.cn pun tak bisa diakses. Pengguna yang mencoba membuka situs itu akan diarahkan pada Google.com.hk, yaitu yang menggunakan server di Hong Kong.

"Kami sangat berharap pemerintah China menghormati keputusan kami, walau kami sadar bahwa mereka bisa kapan saja memblokir akses pada layanan kami," tulis Drummond.

Benar saja, di halaman khusus Google yang memonitor ketersediaan layanan di China, beberapa layanan Google nampak telah diblokir. Layanan yang telah diblokir adalah:
  • YouTube
  • Google Sites
  • Blogger

Sedangkan layanan yang diblokir sebagian adalah:
  • Google Docs
  • Picasa
  • Google Groups

Drummond mengatakan Google akan mempertahankan tim riset-nya di China. Tim penjualan Google juga masih akan bekerja di China selama Google.com.hk masih bisa diakses.

( wsh / wsh )

Jumat, 26 Maret 2010

Gara-gara Gayus, Grup Facebook Boikot Pajak Kebanjiran Anggota

Jumat, 26/03/2010 14:14 WIB
Gara-gara Gayus, Grup Facebook Boikot Pajak Kebanjiran Anggota
Fitraya Ramadhanny - detikNews

Jakarta - Kasus markus pajak Rp 25 miliar yang menyeret nama Gayus Tambunan mendorong popularitas grup facebook yang mendukung boikot pajak. Dalam semalam, anggotanya melejit jadi 10.000 orang.

Grup ini bertajuk 'Gerakan 1.000.000 Facebookers Dukung BOIKOT BAYAR PAJAK untuk KEADILAN'. Pada saat detikcom berkunjung Kamis (25/3/2010) pukul 14.00 WIB, anggotanya ada 3.422.

Namun kini, Jumat (26/3/2010) pukul 13.45 WIB, anggotanya sudah melejit menjadi 10.429 orang atau bertambah 300 persen dalam semalam. Kritik, bahkan sumpah serapah terkait Gayus meramaikan wall grup tersebut.

"Hukum Gayus! Audit Dirjen Pajak! Mungkin aja masih ada Gayus-Gayus yang lain," kata Fauzan Azmi.

Sementara banyak juga yang menyindir sepak terjang PNS golongan III A itu. "Gayus, aku ikut dong rileks di S'pore. Rencana berapa hari di sana? Lupakan sementara hiruk pikuk Pak Susno di Indonesia," sindir Sully Widjaya.

Yang jelas, kasus Gayus semakin membuat mereka kecewa terhadap kinerja Ditjen Pajak. Para facebookers ini seolah punya lebih banyak alasan lagi untuk memboikot pajak.

"Gayus, kemana kau? Buat apa rajin-rajin bayar pajak, kalau ternyata dikorup," tukas Brigita Karunia.

Namun, tidak semua wall berisi cercaan atau kritik. Ada juga yang mencoba bersikap obyektif membedakan kasus markus dan kinerja Ditjen Pajak sesungguhnya.

"Gara-gara Mr Gayus, pegawai pajak yang mau ngantor terpaksa pakai baju biasa. Baju dinas dipake entar setelah nyampe kantor. Mereka jadi malu," ungkap Thony Bob. (fay/irw)



Rabu, 24 Maret 2010

Film Popeye Terbaru Dibuat dengan 3D

Film Popeye Terbaru Dibuat dengan 3D

Rabu, 24 Maret 2010 11:59 WIB
Foto : wikimedia

LOS ANGELES--MI: Popeye si Pelaut yang dikenal dengan lengannya yang berotot dan doyan makan bayam akhirnya akan kembali hadir di layar lebar dalam bentuk tiga dimensi (3D), kata media industri pada Selasa (23/3).

Berbagai majalah juga telah melaporkan adanya kesepakatan untuk membuat film animasi itu. Popeye yang memiliki kisah cinta dengan Olive Oyl beserta saingannya, Bluto, dan anak angkatnya, Swee Pea. Namun, tanggal perilisan film tersebut belum diumumkan. Yang pasti, film itu akan diproduksi oleh Sony Pictures Animation dengan ImageWorks yang akan menangani grafis komputernya.

"Sebagai salah satu karakter pelopor kartun, Popeye telah menjadi salah satu ikon karakter kartun yang paling diminati selama ini dan kini ia akan berevolusi ke dalam bentuk animasi," kata Hannah Minghella, Kepala Produksi Sony Pictures Animation. Popeye terakhir kali terlihat tampil di layar lebar pada 1980. Saat itu, Popeye tampil dalam wujud manusia yang diperankan komedian Robin Williams dan dengan arahan sutradara Robert Altman.

Karakter Popeye diciptakan EC Segar dan pertama kali hadir pada 1929 dalam buku kumpulan komik Thimble Theater. Dalam setiap ceritanya, si pelaut dikisahkan selalu berhasil mengeluarkan dirinya dan teman-temannya dari masalah bila telah mengonsumsi sekaleng bayam. Sayuran hijau itu memiliki efek magis untuk Popeye. Setiap kali memakannya, ia akan menjadi kuat seperti Hercules. (Pri/CNA/OL-04)

High fructose corn syrup worse than sugar

Study: High fructose corn syrup worse than sugar

Luis Castro / Istock

As if you needed another reason to avoid high fructose corn syrup (HFCS): researchers at Princeton University have found that HFCS is actually much worse than regular sugar when it comes to causing weight gain.

The study found that rats with access to HFCS gained significantly more weight than rats with access to table sugar -- even when their caloric intake was the same. A second study by the researchers found that HFCS lead to long-term increases in body fat, obesity, and a rise in body fats called triglycerides.

Said Princeton psychology professor Bart Hoebel, "When rats are drinking high-fructose corn syrup at levels well below those in soda pop, they're becoming obese -- every single one, across the board. Even when rats are fed a high-fat diet, you don't see this; they don't all gain extra weight."

This new study contradicts earlier beliefs that high fructose corn syrup and table sugar were similar in that they both contained high levels of fructose. Instead, say the Princeton researchers, they now believe that fructose -- in HFCS -- and glucose -- in table syrup, may be processed by the body differently. Fructose is metabolized to produce fat, they believe, while glucose is processed as energy or stored as a carbohydrate in the muscles and liver.

Researchers also pointed out that since high fructose corn syrup was introduced 40 years ago, U.S. obesity rates have skyrocketed. In 1970 15% of the population was considered obese, and today around 1/3 of American adults qualify as obese.

More from The Daily Green

Reprinted with permission of Hearst Communications, Inc


http://green.yahoo.com/blog/daily_green_news/310/study-high-fructose-corn-syrup-worse-than-sugar.html

Selasa, 23 Maret 2010

Tips Terhindar dari Penipuan Dunia Maya

Selasa, 09/03/2010 10:53 WIB
Pembajakan Akun Facebook
Tips Terhindar dari Penipuan Dunia Maya
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews

Ilustrasi
Jakarta - Sejumlah pengguna internet yang menjadi korban penipuan di dunia maya. Mereka dapat dengan mudahnya percaya kepada orang-orang yang dikenalnya lewat dunia digital. Terakhir adalah Indra, warga Kemayoran, Jakarta Pusat, yang tertipu Rp 700 ribu setelah akun Facebook milik temannya 'dibajak'.

"Memang kita perlu berhati-hati. Pengguna semua akun di internet, bukan hanya Facebook, tapi juga Yahoo Messenger, Gmail, Hotmail, perlu tahu bahwa akun itu tidak menjamin 100 persen pengguna yang sebenarnya," ujar analis antivirus dan keamanan komputer dari PT Vaksincom, Alfons Tanujaya, dalam perbincangan dengandetikcom, Selasa (9/3/2010).

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menyakini bahwa kenalan kita di Facebook memang orang yang benar identitasnya? Alfons menyarankan agar kita selalu mengkroscek kebenaran identitas kenalan di dunia maya, yaitu dengan melakukan komunikasi melalui media lain, tidak hanya melalui satu akun internet.

"Bisa dilakukan yang namanya True Factor Authentication, bisa lewat e-mail atau nomor handphone," tuturnya.

Alfons menyatakan, selama ini para korban tidak berpikir bahwa mencuri password di internet itu gampang sekali. Cara pertama dilakukan oleh pelaku dengan mengirimkan e-mail notification sejenis trojan ke pengguna yang seolah-olah berasal dari administrator Facebook yang asli. E-mail tersebut meminta pengguna untuk mengganti passwordnya, tapi sebenarnya pengguna tersebut login ke website lain yang dibuat mirip dengan website Facebook yang asli.

"Dan password baru tersebut direkam oleh si hacker, kemudian akun tersebut dibajak," jelasnya.

Cara kedua, lanjutnya, dilakukan tanpa perlu mengetahui username dan password, si pelaku bisa menebak status kita. Pelaku bisa menganalisa data, baik dari akun milik keluarga, saudara, dan teman. Mereka menebak-nebak password dari informasi dan data tersebut.

"Data yang dimasukkan ke dalam akun internet kita, seperti password maupun data yang bersifat privasi perlu dijaga," saran Alfons.

Alfons berpendapat, sebenarnya kasus ini erat kaitannya dengan pemerintah dan programnational single identity. Sekarang ini membuat KTP sangatlah mudah gampang sehingga bisa membuka akun maupun rekening yang banyak, ambil uangnya lalu ditinggal dan tidak terlacak.

"Kasus seperti ini seharusnya memacu pemerintah untuk lebih menggalakkan national single identity. Kalau berlaku seperti itu, seperti di Singapura, akan sangat sulit bagi terjadinya kasus seperti ini," tutupnya.
(nvc/nrl)

Sabtu, 20 Maret 2010

15 foods you don’t need to buy organic

What's Fresh: Trying to save money? 15 foods you don’t need to buy organic



Although I enjoy the grocery store (maybe it’s because I’m a dietitian that I love checking out new products and comparing food labels), lately my husband is doing our grocery shopping.

His budget-friendly buys are great for our bank account. But they don’t always align with my interest in eating organically. We don’t buy everything organic, but pesticides can be absorbed into fruits and vegetables, leaving trace residues, and I’d prefer to not eat pesticides. Long-term exposure to them has been associated with cancer, infertility and neurologic conditions, such as Parkinson’s. (Here are 4 ways to reduce your exposure to pesticides.)

Anyway, one day he called me from the produce aisle. Andy wanted to know what on the list he truly needed to buy organic and what he could skimp on and buy conventional. (Does organic produce have more nutrients? Find out here.)

Fortunately, the Environmental Working Group (EWG, a nonprofit, nonpartisan organization) has identified 15 fruits and vegetables that are least likely to be contaminated with pesticide residues. I told him to save money and buy those conventional:

  1. Asparagus
  2. Avocado
  3. Broccoli
  4. Cabbage
  5. Eggplant
  6. Kiwi
  7. Mango
  8. Onions
  9. Papaya
  10. Pineapple
  11. Sweet corn (frozen)
  12. Sweet peas (frozen)
  13. Sweet potatoes
  14. Tomatoes
  15. Watermelon

(Save even more money with these dinner recipes for $3 or less per serving.)

EWG also identified 12 fruits and vegetables that are most likely to have higher trace amounts of pesticides. (If your budget allows, buy these 18 foods organic too.) We buy organic:

  1. Apples
  2. Carrots
  3. Celery
  4. Cherries
  5. Grapes (imported)
  6. Kale
  7. Lettuce
  8. Nectarines
  9. Peaches
  10. Pears
  11. Sweet bell peppers
  12. Strawberries

Do you buy organic? What foods do you think it’s worth to save on and which do you spend more on for organic?


By Brierley Wright, M.S., R.D.

Brierley's interest in nutrition and food come together in her position as an associate editor atEatingWell. Brierley holds a master's degree in Nutrition Communication from the Friedman School of Nutrition Science and Policy at Tufts University. A Registered Dietitian, she completed her undergraduate degree at the University of Vermont.


http://shine.yahoo.com/channel/food/whats-fresh-trying-to-save-money-15-foods-you-don-t-need-to-buy-organic-999969/

How Privacy Vanishes Online

How Privacy Vanishes Online

by Steve Lohr
Wednesday, March 17, 2010

provided by
The New York Times

If a stranger came up to you on the street, would you give him your name, Social Security number and e-mail address?

More from NYTimes.com:

Online Hate Sites Grow With Social Networks

F.C.C. Questioned on Broadband Access Plan

Telling Friends Where You Are, or Not

Probably not.

Yet people often dole out all kinds of personal information on the Internet that allows such identifying data to be deduced. Services like Facebook, Twitter and Flickr are oceans of personal minutiae -- birthday greetings sent and received, school and work gossip, photos of family vacations, and movies watched.

Computer scientists and policy experts say that such seemingly innocuous bits of self-revelation can increasingly be collected and reassembled by computers to help create a picture of a person's identity, sometimes down to the Social Security number.

"Technology has rendered the conventional definition of personally identifiable information obsolete," said Maneesha Mithal, associate director of the Federal Trade Commission's privacy division. "You can find out who an individual is without it."

In a class project at the Massachusetts Institute of Technology that received some attention last year, Carter Jernigan and Behram Mistree analyzed more than 4,000 Facebook profiles of students, including links to friends who said they were gay. The pair was able to predict, with 78 percent accuracy, whether a profile belonged to a gay male.

Popular Stories on Yahoo!:

States With the Most Millionaires

What to Never Say to Your Boss

Salary-Boosting Personality Traits

More From Yahoo! Finance

So far, this type of powerful data mining, which relies on sophisticated statistical correlations, is mostly in the realm of university researchers, not identity thieves and marketers.

But the F.T.C. is worried that rules to protect privacy have not kept up with technology. The agency is convening on Wednesday the third of three workshops on the issue.

Its concerns are hardly far-fetched. Last fall,Netflix (NFLX) awarded $1 million to a team of statisticians and computer scientists who won a three-year contest to analyze the movie rental history of 500,000 subscribers and improve the predictive accuracy of Netflix's recommendation software by at least 10 percent.

On Friday, Netflix said that it was shelving plans for a second contest -- bowing to privacy concerns raised by the F.T.C. and a private litigant. In 2008, a pair of researchers at the University of Texas showed that the customer data released for that first contest, despite being stripped of names and other direct identifying information, could often be "de-anonymized" by statistically analyzing an individual's distinctive pattern of movie ratings and recommendations.

In social networks, people can increase their defenses against identification by adopting tight privacy controls on information in personal profiles. Yet an individual's actions, researchers say, are rarely enough to protect privacy in the interconnected world of the Internet.

You may not disclose personal information, but your online friends and colleagues may do it for you, referring to your school or employer, gender, location and interests. Patterns of social communication, researchers say, are revealing.

"Personal privacy is no longer an individual thing," said Harold Abelson, the computer science professor at M.I.T. "In today's online world, what your mother told you is true, only more so: people really can judge you by your friends."

Collected together, the pool of information about each individual can form a distinctive "social signature," researchers say.

The power of computers to identify people from social patterns alone was demonstrated last year in a study by the same pair of researchers that cracked Netflix's anonymous database: Vitaly Shmatikov, an associate professor of computer science at the University of Texas, and Arvind Narayanan, now a researcher at Stanford University.

By examining correlations between various online accounts, the scientists showed that they could identify more than 30 percent of the users of both Twitter, the microblogging service, and Flickr, an online photo-sharing service, even though the accounts had been stripped of identifying information like account names and e-mail addresses.

"When you link these large data sets together, a small slice of our behavior and the structure of our social networks can be identifying," Mr. Shmatikov said.

Even more unnerving to privacy advocates is the work of two researchers from Carnegie Mellon University. In a paper published last year, Alessandro Acquisti and Ralph Gross reported that they could accurately predict the full, nine-digit Social Security numbers for 8.5 percent of the people born in the United States between 1989 and 2003 -- nearly five million individuals.

Social Security numbers are prized by identity thieves because they are used both as identifiers and to authenticate banking, credit card and other transactions.

The Carnegie Mellon researchers used publicly available information from many sources, including profiles on social networks, to narrow their search for two pieces of data crucial to identifying people -- birthdates and city or state of birth.

That helped them figure out the first three digits of each Social Security number, which the government had assigned by location. The remaining six digits had been assigned through methods the government didn't disclose, although they were related to when the person applied for the number. The researchers used projections about those applications as well as other public data, like the Social Security numbers of dead people, and then ran repeated cycles of statistical correlation and inference to partly re-engineer the government's number-assignment system.

To be sure, the work by Mr. Acquisti and Mr. Gross suggests a potential, not actual, risk. But unpublished research by them explores how criminals could use similar techniques for large-scale identity-theft schemes.

More generally, privacy advocates worry that the new frontiers of data collection, brokering and mining, are largely unregulated. They fear "online redlining," where products and services are offered to some consumers and not others based on statistical inferences and predictions about individuals and their behavior.

The F.T.C. and Congress are weighing steps like tighter industry requirements and the creation of a "do not track" list, similar to the federal "do not call" list, to stop online monitoring.

But Jon Kleinberg, a professor of computer science at Cornell University who studies social networks, is skeptical that rules will have much impact. His advice: "When you're doing stuff online, you should behave as if you're doing it in public -- because increasingly, it is."

http://finance.yahoo.com/family-home/article/109095/how-privacy-vanishes-online